
"Akhi, saya rasa Allah tidak sayang dan tidak pedulikan saya lagi..?" kata Syabab, juniorku sambil teresak-esak menangis.
Sambil merangkul bahunya aku bertanya, "Kenapa ni? Allah tidak pernah lupa kepada kita tetapi kita yang sering melupakanNya.. Cecite pe menda yang buat enta rasa begitu?"
"Saya sering berdoa kepada Allah, tiap-tiap malam dalam qiam saya akh, tapi sampai sekarang Allah tidak mengabulkan doa saya. Saya tahu kemungkinan disebabkan dosa-dosa saya Allah tidak mengabulkan doa saya. Tapi saya sering solat taubat agar Allah ampunkan dosa yang saya lakukan supaya tidak menjadi hijab untuk doa saya sampai kepada Allah. Tapi kenapa Allah masih tidak mendengar saya?Kadang-kadang saya rasa putus asa dah kat Allah..."
Dia menghabiskan kata-katanya sambil menundukkan muka. Jelas di wajahnya satu perasaan yang sedih amat. Perasaan yang dulu pernah aku rasa dulu seolah-olah dicerminkan kepada aku kembali ketika itu. Aku beralih kedudukan untuk duduk berhadapan dengannya. Selepas menarik nafas yang agak panjang, aku mula menyusun kata.
"Adikku Syabab, masakan Allah tidak mendengar doamu itu sedangkan Allah Maha Mendengar. Mustahil bagi Allah untuk membiarkanmu begitu saja tanpa memberikanmu apa-apa padahal Dia Maha Pengasih dan Memberi. Dia sedang mengujimu tentang erti doa."